Akar Raksasa Andalan Objek Wisata Munduk Asri Kerta Payangan

03 Januari 2024
I Wayan Erna Suyana, S.Kom
Dibaca 365 Kali
Akar Raksasa Andalan Objek Wisata Munduk Asri Kerta Payangan

Tempat wisata yang ada di wilayah pegunungan  sangat diminati masyarakat. Terlebih suasana yang sejuk dengan pemandangan menawan, apalagi  letaknya yang strategis,  seperti objek wisata anyar Munduk Asri di Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Gianyar.

Salah satu pengelola objek wisata Munduk Asri, I Wayan Sukada menerangkan, objek wisata tersebut baru dibuka sejak beberapa bulan lalu. Namun sudah dikunjungi wisawatan lokal dan mancanegara.  Mencari objek wisata alam ini tidaklah sulit. Karena letak dari Munduk Asri dapat diakses melalui Jalan Raya Payangan – Kintamani. Hanya memerlukan waktu sekitar satu setengah jam dari Kota Denpasar menuju arah Kintamani. Dari Pasar Payangan menempuh jalur lurus ke utara sekitar tiga kilometer akan terlihat  di kiri jalan  papan nama yang bertuliskan Munduk Asri. Selanjutnya masuk ke kiri sekitar 300 meter melewati perkebunan  jeruk warga setempat, maka akan sampai di depan loket karcis Munduk Asri.
Cukup membayar karcis masuk sebesar Rp 10 ribu, sudah bisa menikmati pemandangan di sana dan mengabadikannya melalui kamera. “Sebagai awal dan promosi saja dulu, saya kira cukup mematok harga karcis sebesar itu. Karena fasilitas di sini juga masih baru selesai. Dan, kami sedang mencari ide lagi untuk membuat fasilitas yang lain, agar tertata lebih enak saat dilihat pengunjung,” jelas pemuda 25 tahun tersebut.
Jika masuk dari tempat karcis, menuju pemandangan Munduk Asri, akan melewati perkebunan jeruk lagi di sepanjang jalan itu. Bahkan, kalau musim jeruk tiba, Sukada mengatakan pengunjung boleh memetik jeruk langsung dari pohonnya. Tetapi harus merogoh kantong lagi, hanya sekitar Rp 5 ribu sampai Rp 8 ribu per kilogram. Karena perkebunan jeruk di kawasan itu dimiliki  warga setempat.  “Kalau sedang musimnya, pengunjung boleh memetik jeruk langsung. Hanya saja harus membayar lagi sesuai berat jeruk yang dipetik. Kalau pas musim jeruk dapat lebih murah lagi ,” ungkap Magister Pertanian Universitas Udayana tersebut. Di kawasan ini juga ada warung untuk beristirahat, dan pengunjung juga bisa menikmati pemandangan sambil minum kopi.  Akan terlihat hamparan  perkebunan jeruk di seberang jurang, bahkan persawahan yang ada di selatan objek wisata Munduk Asri juga terlihat. Soal harga makanan dan minuman, harganya tidak sampai menguras kantong bagi pelajar. Tepat berada di depan warung, ada sebuah goa dari ranting pohon jeruk yang sudah panen. Sukada menyebut tempat itu sebagai goa selfie, yaitu untuk mengabadikan foto para pengunjung berlatar belakang  pemandangan yang  indah. Selain itu, jika  turun sekitar 15 meter dari warung, maka ada sebuah bangunan unik,  berbahan dari bambu dan akar kayu. Tempat seperti  bale bengong itu, disediakan untuk beristirahat pengunjung ketika kelelahan. Sedangkan di bawahnya juga ada tempat berfoto dari anyaman bambu. Di samping itu, juga terdapat akar pohon Taep, tentu suatu tempat yang menjadi salah satu ikon wisata Munduk Asri. “Semua yang ada di wilayah wisata Munduk Asri ini alami dan bersumber dari alam yang sudah ada  di kawasan ini. Kami hanya menata  dan mengolahnya saja, agar menjadi rapi sehingga bagus  dilihat. Seperti akar yang merambat itu , memang ada dari dulu, kami bersihkan kemudian dijadikan tempat terfavorit di objek ini,” papar pria asli Payangan tersebut.
 
Ditanya terkait kerjasama, Sukada mengaku belum memikirkan membuat kerjasama dengan perusahaan lain, seperti pemilik rumah makan atau permainan out bound. Dia juga menjelaskan kalau  jenis menu di warung yang sudah ada itu, masih dibicarakan dengan anggota lainnya   untuk  membuat masakan atau minuman yang khas dari Desa Kerta. Selain menonjolkan sesuatu yang khusus, Sukada juga mengaku akan segera mengurus izin terkait wisata Munduk Asri tersebut.  “Ini kan kami baru buka beberapa hari, untuk penataan dan kerjasama masih akan dibicarakan nanti dengan anggota yang lain. Saat ini masih proses mengurus izin ,” terang pria yang mengaku pegawai pendamping Simantri tersebut. Disinggung masalah nama Munduk Asri, ia menerangkan bahwa ‘munduk’ merupakan suatu gundukan tanah. Sedangkan ‘asri’ adalah suatu pemandangan yang indah dan dapat dinikmati oleh seseorang. Sukada menambahkan,  bahwa objek Munduk Asri terletak di atas tanah milik saudaranya. Sedangkan ide dari wisata tersebut, Sukada mengaku mendapatkan inspirasi dari wisata Wana Giri, Singaraja. Setelah ia berlibur di tempat wisata yang persis ia kembangkan saat ini. Wayan Adnyana, salah seorang pengelola di tempat tiket,  menerangkan bahwa setiap hari ada saja yang berkunjung. “Sejak dibuka dari beberapa bulan lalu, sudah lumayan banyak orang ke sini. Saat hari Minggu pengunjung berdatangan dari pagi hingga sore hari. Kira-kira sekitar 100  sampai 200 orang,” paparnya. Sedangkan pada hari biasa, lanjutnya,  ada sekitar 50 sampai 80 orang saja. “Kebanyakan pengunjung berasal dari kalangan anak muda. Selain untuk menikmati liburan akhir pekan, juga mencari suasana baru,” terang pria berumur 25 tahun tersebut. Salah satu pengunjung, I Gede Edi mengaku baru pertama kali mengunjungi Munduk Asri. Ia tertarik karena melihat postingan di media sosial milik temannya. “Saya lihat di facebook teman, di foto sangat bagus pemandangannya, maka pas saya libur hari ini, langsung ke sini. Ternyata postingan teman saya bukan tipuan, sesuai dengan apa yang ada di foto,” jelas pria yang mengaku bekerja di travel tersebut. Gede Edi  mengaku berangkat dari Lovina hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan. “Harga tiket yang dipatok  cukup murah, apalagi untuk tempat yang cukup strategis untuk menghilangkan jenuh. Terlebih tempatnya yang berada di gundukan tanah cukup tinggi, sehingga dapat menikmati pemandangan yang ada di bawahnya,” ujarnya.