Potensi Wisata Sejarah Di Banjar Margatengah

03 Januari 2024
I Wayan Erna Suyana, S.Kom
Dibaca 96 Kali
Potensi Wisata Sejarah Di Banjar Margatengah

kerta.desa.id Kabupaten Gianyar tidak hanya terkenal dengan beragam kreasi keseniannya tetapi terlengkapi pula dengan situs cagar budaya dan arkeologinya, salah satunya dengan banyaknya ditemukan Sarkofagus di daerah kota seni ini. Sarkofagus sebagai salah satu peninggalan bersejarah pada zaman Megalithikum memiliki fungsi sebagai kubur batu pada zaman tersebut, dan hingga saat ini situs arkeologi Sarkofagus sudah banyak ditemukan dan tersebar di Bali, salah satunya daerah Utara kota seni Gianyar, Margatengah Payangan.

Daerah Utara Kabupaten Gianyar ini memiliki situs Sarkofagus yang tersembunyi, yaitu di Margatengah Payangan. Menempuh waktu perjalanan sekitar 1 jam dari pusat kota Gianyar, untuk sampai di situs ini  kita akan disuguhkan pemandangan hijau yang menyegarkan mata dengan berderetnya perkebunan jeruk disepanjang jalan menuju situs purbakala ini. Sesampainya di situs tersebut, Ketut Suaka juru perawat sistus sarkofagus Margatengah Payangan akan membukakan pintu untuk akses masuk melihat sarkofagus tersebut.

Ketut Suaka menjelaskan 43 tahun lalu tepatnya pada tahun 1974, situs ini ditemukan secara tidak sengaja oleh warga yang tengah membajak sawah dan alatnya tersangkut oleh batuan ini. Ketut Suaka sendiri menjadi penerus juru perawat sebelumnya yaitu Made Kandeng pada tahun 2002, Ketut Suaka meneruskan ayahnya yang telah merawat situs Sarkofagus Margatengah ini sejak tahun 1981.

“Pada saat ditemukan, terdapat enam batu sarkofagus yang ditemukan, namun isi didalamnya sudah berupa debu yang tertinggal, hanya anting, gelang, dan perhiasan yang terbuat dari perunggu yang tersisa serta pecahan-pecahan batu,” jelas Ketut Suaka

Penyucian (dalam istilah keagamaannya disebut Palebon) Sarkofagus ini dilakukan oleh masyarakat Margatengah pada tahun 1995, Ketut Suaka menjelaskan pada saat ditemukan Sarkofagus ini sempat mengalami beberapa kerusakan karena kepercayaan primitif pada saat itu masih kental, sehingga setelah disahkan pemerintah dibuatkanlah Bale (bangunan tempat Sarkofagus) diadakan Palebon untuk penyucian situs ini, tutur Ketut Suaka.

Juru Perawat tersebut juga menjelaskan bahwa situs ini terbuka untuk umum selama tidak melakukan perusakan karena situs ini dilindungi oleh pemerintah dan tidak sedang dalam keadaan cuntaka (berduka dan/atau menstruasi bagi perempuan). Situs sarkofagus di Margatengah ini mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah, dari pengesahan dan pembuatan SK, rutin juga melakukan pengecekan inventaris, dan pengiriman alat kebersihan serta dana atau gaji juru perawat tetap lancar terlaksana.

Siswa SMAN1 Payangan Saat Melakukan Penelitian di Situs Sarkofagus

“Sarkofagus itu kan milik negara, ada alat kebersihan yang dikirimkan, terakhir tanggal 22 Februari kemarin diberi alat, ada arit, sapu, tapi kalau mesin beli sendiri. Tidak ada kendala berarti juga dalam perawatan sarkofagus ini, hanya perlu rutin dibersihkan dan dijaga keamanannya saja, Peneliti-peneliti dan pelajar juga kerap datang untuk meneliti sarkofagus ini,” ungkap Ketut Suaka

Bendesa Desa Adat Pekraman Marga Tengah, I Wayan Candri menerangkan bahwa keberadaan sarkofagus ini meskipun sudah lama tetapi pemuda-pemudanya masih cuek saja hanya sekedar tahu dan diharapkan nantinya lebih diperhatikan dan ikut merawat sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat disini dan di luar untuk kepentingan pendidikan selama tetap dijaga kebersihannya. Sumber

https://www.youtube.com/watch?v=gMC0aCAZPVw